Menu

Lovely Cute
  • More Menu

    • Reports
    • Search
    • Graphs
    • Settings
  • Dream Fun Product

    Drop Menu

    • Reports
    • Search
    • Graphs
    • Settings
  • Home
  • About
  • Contact
  • Sitemap
  • Others
    • Gambar Lucu
    • Infografis
    • Inspirasi
    • Motivasi
    • Photoshop
    • Teka-teki
    • Tips
    • Ucapan

story 24

Cerita sejarah,Cerita rakyat,Narrative text,Descriptive text,Persuasive,Argumentatif,Mitos dan Cerita lucu/joke

  • Menu
  • Home
  • Blogger
    • SEO
      • SEO 1
      • SEO 2
    • CSS
      • CSS 1
      • CSS 2
      • CSS 3
      • CSS 4
      • CSS 5
    • Jquery
      • Jquery 1
      • Jquery 2
  • Music
    • Product 1
      • Sub Item
      • Sub Item
    • Product 2
      • Sub Item
      • Sub Item
  • Flat UI
  • Features
Home » Cerita Nusantara » cerita rakyat » Cerita Rakyat Riau » fables » Legenda Aceh » Tale » Cerita Rakyat Riau - Burung Tempua dan Burung Puyuh

Cerita Rakyat Riau - Burung Tempua dan Burung Puyuh

Cerita Rakyat Riau - Burung Tempua dan Burung Puyuh

hay para readers!!! pada postingan kali ini datang dari propinsi riau yang mengangkat tema tentang Cerita Rakyat Riau - Burung Tempua dan Burung Puyuh cerita ini sunguh menari dan ada pesan moral yang terdapat pada kisah ini ,untuk itu langsung saja kita mulai cerita nya.

Pada zaman dahulu kala, ada dua ekor burung yang bersahabat akrab yaitu burung Tempua dan Puyuh. Mereka saling menolong dan menyayangi. Setiap hari mereka sehilir semudik mencari makan bersama-sama. Dalam semua hal mereka memiliki kesukaan dan kebiasaan yang sama, namun dalam hal bersarang mereka berbeda. Keduanya kemudian sepakat untuk saling menghargai dalam membuat sarang sesuai kesukaan masing-masing. Kisah kedua burung tersebut diceritakan dalam sebuah fabel yang dikenal dengan Burung Tempua dan Burung Puyuh.
Konon, pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor burung Tempua (Manyar) dan burung Puyuh di daratan Tanah Melayu. Keduanya sangat akrab dan bersahabat sejak lama. Mereka saling menolong dan menyayangi. Pada siang hari, mereka sehilir semudik mencari makan bersama-sama. Suka-duka mereka jalani bersama. Kalau hujan sama berteduh, dan kalau panas sama bernaung. Namun, pada malam hari, mereka selalu berpisah. Mereka tidur di sarangnya masing-masing.

Suatu hari, Tempua dan Puyuh berselisih pendapat tentang sarang yang baik menurut mereka. Pertama-tama Tempua menceritakan sarangnya yang aman dan nyaman kepada Puyuh. “Aku memiliki sarang yang indah. Sarangku terbuat dari helaian alan-alang dan rumput kering. Helaian itu dijalin dengan rapi, sehingga aku tidak akan basah saat hujan, dan tidak kepanasan di kala terik. Aku menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk membuatnya,” kata Tempua menjelaskan pada Puyuh.

Setelah Tempua menceritakan kondisi sarangnya panjang lebar, sekarang giliran Puyuh menceritakan sarangnya yang praktis. “Aku memiliki sarang yang lebih praktis. Aku tidak perlu menghabiskan waktu untuk membuat sarang. Cukup dengan mencari batang pohon yang tumbang dan berlindung di bawahnya. Besok, aku akan pindah bersarang di tempat lain, agar musuh tidak tahu keberadaanku pada malam hari,” cerita Puyuh tak mau kalah.

Perdebatan mereka terus berlangsung. Setiap ada kesempatan di sela-sela mencari makan, mereka kembali berdebat tentang sarang. Karena perdebatan tidak ada habisnya, mereka kemudian sepakat untuk mencoba sarang masing-masing.

Pada malam pertama, Puyuh mencoba sarang Tempua. Karena tidak bisa terbang tinggi seperti Tempua, makan dengan susah payah Puyuh memanjat pohon tempat sarang Tempua tergantung. Sesampai di sarang Tempua, Puyuh terkagum-kagum melihat sarang Tempua. “Amboi….nyaman sekali sarangmu, Kawan! Kering dan bersih, juga rapi,” kata Puyuh kagum. “Aku yakin, kamu pasti akan tidur pulas,” sahut Tempua dengan bangganya.

Tak terasa malam telah larut. Puyuh merasa haus dan meminta minum pada Tempua. “Maaf, Kawan. Aku haus nih! Tapi, tidak mungkin aku turun mencari air dalam keadaan gelap gulita begini,” keluh Puyuh pada Tempua. Tempua hanya terdiam mendengar keluhan Puyuh. Merasa keluhannya tidak dihiraukan oleh Tempua, terpaksa Puyuh menahan rasa hausnya. Karena kelelahan seharian mencari makan, maka Puyuh pun akhirnya tertidur juga.

Tengah malam saat Puyuh dan Tempua tidur pulas, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Pohon tempat arang Tempua bergoyang hebat, seakan-akan mau tumbang. Sarang Tempua pun terayun ke sana kemari. Puyuh menangis ketakutan. Ia juga muntah-muntah karena terombang-ambing bagaikan perahu di tengah laut dihempas oleh gelombang besar. Melihat kawannya ketakutan dan muntah-muntah, Tempua berusaha menenangkan hati Puyuh. “Tenanglah, Puyuh. Kita tidak akan jatuh. Sebentar lagi anginnya berhenti,” sahut Tempua menghibur Puyuh. Tak lama kemudian angin berhenti, mereka pun tidur kembali.

Keesokan harinya, mereka bangun pagi-pagi sekali. Sebelum keluar dari sarang, Puyuh berkata, “Kawan, aku tidak mau lagi tidur di sarangmu. Aku takut jatuh. Lagipula aku tidak bisa menahan haus.” Tempua diam saja. Ia memaklumi alasan Puyuh. Ia menyadari bahwa Puyuh tidak terbiasa tidur di tempat yang tinggi. Mereka kemudian mencari makan seperti biasanya. Mereka juga bermain bersama.

Setelah hari mulai gelap, Puyuh mengajak Tempua mencari pohon yang tumbang untuk dijadikan tempat bermalam. Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya Puyuh menemukan sebuah pohon yang menurutnya cocok untuk tidur di bawahnya. Di dekat tempat itu mengalir parit yang dapat diambil airnya bila merasa haus. Suasana semakin gelap. Tempua pun mulai bingung. Dari tadi ia memerhatikan di sekitar tempat itu, ia tidak melihat sarang kawannya. Karena penasaran, Tempua pun bertanya kepada Puyuh, “Puyuh, dimana kita akan tidur malam ini?” Puyuh menjawab, “Di sini. Kita akan berlindung di bawah pohon ini,” jawab Puyuh sambil menunjuk tempat itu. Tempua semakin bingung, karena tempat yang ditunjuk Puyuh itu tidak terlihat ada sarang. “Di sini?” tanya Tempua dengan bingung. “Iya, di sini. Kita tidur di bawah pohon ini,” jawab Puyuh menegaskan. Tempua merasa tidak nyaman, tetapi ia harus mengikuti apa yang dilakukan oleh Puyuh untuk menghargainya.

Beberapa saat kemudian, Puyuh sudah tertidur pulas. Tetapi Tempua masih gelisah dan tidak bisa tidur. Ia hanya mondar-mandir di samping Puyuh. Namun karena kelelahan seharian mencari makan, Tempua pun tertidur. Baru saja ia memejamkan matanya, tiba-tiba hujan turun disertai petir yang menyambar-nyambar. Hujan itu membasahi tanah tempat Puyuh dan Tempua tidur. Keduanya pun terbangun. Tempua yang sudah basah kuyup itu mulai kedinginan. “Puyuh, aku kedinginan,” kata Tempua yang mulai menggigil. “Tidak apa-apa, kalau hujan reda tentu kamu tidak akan kedinginan lagi. Ayo tidur, besok kita harus bangun pagi-pagi mencari makan,” hibur Puyuh. Tak lama kemudian, hujan pun reda. Tempua kembali tidur di samping Puyuh yang sudah tidur pulas.

Keesokan harinya, Tempua mengeluh pada Puyuh bahwa ia tidak mau tidur lagi di sarang Puyuh. Demikian sebaliknya, Puyuh pun mengeluh. Ia berjanji tidak akan tidur lagi di sarang Tempua. Masing-masing merasa tidak cocok dengan sarang kawannya. Mereka kemudian memahami bahwa setiap makhluk mempunyai kesukaan dan kebiasaan yang tidak bisa dipaksakan. Walaupun berbeda, namun mereka tetap saling menghargai, karena mereka menganggap bahwa perbedaan itu adalah hal yang wajar. Keduanya juga tetap bersahabat. Setiap hari mencari makan bersama-sama dan saling tolong-menolong.

Dari cerita di atas, kita dapat mengambil hikmahnya bahwa perbedaan antara satu makhluk dengan makhluk yang lain pasti ada. Namun, harus kita sadari pula bahwa janganlah perbedaan itu menjadi pemicu terjadinya perselisihan. Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh karena itu, kita harus saling menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Add Comment
Cerita Nusantara cerita rakyat Cerita Rakyat Riau fables Legenda Aceh Tale

Share

Like

G+

Tweet

Tweet
Related Posts

Show Conversion CodesHide Conversion Codes
Show EmoticonHide Emoticon
Newer Older Home

Weekly Posts

  • The Story of Smart Monkey and Dull Crocodile - Narrative text
    The Story of Smart Monkey and Dull Crocodile - Narrative text
    One day there was a monkey. He wanted to cross a river. There he saw a crocodile so he asked the crocodile to take him across the other...
  • The story of ugly duckling - Narrative text
    The story of ugly duckling - Narrative text
    One upon time, a mother duck sat on her eggs. She felt tired of sitting on them. She just wished the eggs would break out. Several days...
  • The Story Of Cindelaras
    The Story Of Cindelaras
    Jenggala kingdom led by a king named Raden Putra. He was accompanied by a consort of a kind and a concubine who has the nature of envy ...
  • dongeng tentang bebek yang jelek
    dongeng tentang bebek yang jelek
    Satu waktu dulu, bebek ibu duduk di telur-telurnya. Dia merasa lelah duduk pada mereka. Dia hanya berharap telur akan pecah. Beberapa...
  • The Story Of An Hour Quizlet
    STORY 24 Cerita sejarah,Cerita rakyat,Narrative text,Descriptive text,Persuasive,Argumentatif,Mitos dan Cerita lucu/joke Edward snowden: un...
  • Facebook
  • twitter
  • googleplus
  • linkedin
  • youtube
  • flickr
  • vimeo
  • deviantart
Situs
ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Copyright story 24 2014 . Template by Noval Web . Redesign by Aisuka Blog . Powered by Blogger